Hubungi kami
+62 81 314 102 632
atau WhatsApp di
+62 81 314 102 632
Hubungi kami
atau WhatsApp
Mulai Berkencan
Mulai Berkencan

Ketika 6/10 lebih baik dibanding 10/10: Psikolog perilaku tentang mengapa kita harus menetapkan pilihan


ng tidak menginginkan pasangan sempurna? Kita telah diberitahu berkali-kali bahwa kita harus bilang ya hanya pada yang terbaik, dan bahwa kita, pada nyatanya, layak untuk yang terbaik. Menurunkan standar dalam menetapkan pilihan – sesuatu yang dihindari apapun itu.

Oke kita di sini untuk meletakkan pemikiran radikal ke dalam kepalamu. Karena, jika kamu memikirkannya dengan logika, untuk menemukan yang sempurna itu artinya kamu harus bertemu dengan semua pasangan yang berpotensi, menilai mereka dan menginvestigasi latar belakangnya. Apakah orang seperti itu bahkan masih bisa dipertimbangkan. Jadi sekarang, bagaimana jika kurang sempurna, bagaimana jika 6/10, dapatkah benar-benar menjadi lebih baik daripada 10/10?

Maximiser vs. Satisficer: Apa artinya

Dalam sebuah penelitian psikologi tahun 2002, Shwartz dan koleganya menemukan bahwa saat tiba untuk mengambil keputusan, orang pada umumnya ada dua macam tipe: maximiser dan satisficer.

Berikut adalah tes sederhana untuk mengetahui tipe apa yang kamu miliki. Katakanlah kamu ingin mencari sepasang sepatu lari baru. Bagaimana kamu membuat keputusan? Apakah kamu bertanya pada siapa saja yang kamu kenal untuk memberikan rekomendasi, membaca setiap majalah olahraga lari, menjelajah google dan membandingkan semua spesifikasi, serta mengecek forum, mungkin sampai pada titik frustasi karenanya? Dan ketika akhirnya kamu membeli sepasang sepatu lari tersebut karena kompetisi maraton yang akan kamu ikuti tinggal seminggu lagi, apakah kamu mengalami keraguan berkepanjangan yang sudah tidak asing lagi ini yang mungkin membuatmu tidak mengambil keputusan terbaik?

Jika skenario di atas terdengar seperti dirimu, kamu mungkin seorang maximiser. Maximiser perlu membuat keputusan yang sempurna sepanjang waktu. Namun, karena ada begitu banyak pilihan untuk segala sesuatu, sangat tidak mungkin kita bisa menggali semua kemungkinan untuk menemukan yang terbaik. Dan sayangnya bagi maximiser, apa artinya ini, menurut Schwartz, bahwa “potensi penyesalan akan selalu ada”.

Satisficer, di sisi lain, akan menetapkan sedikit kriteria sebelum mereka membeli. Katakanlah kenyamanan dan desain yang paling penting bagi satisficer. Saat mereka melihat sepasang sepatu yang bernilai tinggi pada kedua kriteria tersebut, mereka berhenti mencari dan memutuskan untuk membeli. Dan tebak kelompok mana yang berakhir bahagia dalam hasil studi ini? Tidak ada poin untuk menebak dengan benar: Satisficer lebih bahagia dibanding maximiser.

Yang terbaik untukmu tidak harus seorang yang sempurna

Sama halnya, dalam hal percintaan, maximiser perlu menemukan orang yang sempurna. Mereka akan mengevaluasi dan menilai seluruh populasi manusia jika mereka mampu. Dan itulah mengapa, tidak peduli siapa saja yang mereka kencani, maximiser selalu penasaran jika mereka bisa melakukan yang lebih baik, jika ada orang lain di luar sana yang lebih cocok untuknya. Karena strategi pembuatan keputusan mereka adalah mengumpulkan semua informasi dalam setiap kemungkinan sebelum mengambil keputusan, seorang maximiser dapat berakhir dengan kesengsaraan bagi diri mereka sendiri.

Seringkali, bahkan ketika seorang maximiser memiliki komitmen dengan pasangannya, masih mungkin akan berpikir dua kali tentang keputusannya. Sulit untuk tidak melakukan hal tersebut, saat orang yang mereka inginkan harus memiliki skor 10/10 dalam semua aspek. Ekspektasi seperti itu dapat menyebabkan ketegangan hebat dalam sebuah hubungan. Itulah alasannya mengapa layak untuk menggali pendekatan satisficer ketika tiba saatnya untuk menentukan pasangan.

Satisficer tidak mengharapkan yang terbaik. Ini bukan berarti mereka tidak memiliki standar. Sebaliknya, mereka tahu apa yang mereka inginkan dan memiliki kriteria tertentu saat tiba untuk memilih pasangan. Mungkin mereka menilai kesetiaan dan kebaikan hati diatas segala kualitas. Oleh karena itu, orang yang mereka pilih untuk berkomitmen harus memiliki skor tinggi pada kriteria tersebut. Jika dia tidak mendekati daftar miliuner Forbes, itu sangat tidak apa-apa.

Adakah seseorang di luar sana yang lebih cocok untuk mereka? Mungkin, tapi seorang satisficer tidak repot-repot memaksa diri mereka pada pertanyaan yang sewenang-wenang tersebut. Mereka tahu bahwa jika kamu selalu mencari mangsa, maka itulah yang akan selalu kamu lakukan – mencari.

Bagaimana mengetahui jika kamu menurunkan standar, atau gampangan

Ini penting. Ada perbedaan antara menurunkan standar dan gampangan (mau denga siapa saja). Orang yang kamu inginkan telah memenuhi kriteria dasarmu. Tetapi itu tidak berarti bahwa sepanjang mereka setia dan baik, tidak ada masalah lain, bahkan tidak masalah jika nyatanya dia seorang, katakanlah, pecandu narkoba. Kualitas yang sangat negatif tentu saja sangat tidak boleh. Kamu tetap masih menginginkan seseorang yang memiliki skor setidaknya 6/10, bahkan pada hal-hal yang tidak begitu masalah buatmu.

Jika ragu, luangkan waktu untuk merenung dan mengkonsultasikan insting kamu. Apakah orang tersebut mencentang semua kotak benar yang ada di kertas, namun entah mengapa dia hanya terasa tidak tepat? Maka jangan katakan ya. Kamu akan tahu ketika bertemu dengan orang yang tepat. Segalanya akan berjalan dengan lebih mudah. Perbedaan jangan dijadikan masalah besar yang harus kamu perangi dan menyebabkan luka. Kamu bisa membicarakan dan mengatasinya, atau memutuskan untuk setuju hingga tidak setuju, dan serius dalam hal ini. Pada akhirnya, seberapa baik kamu bisa bersama-sama dalam suka dan duka sebagai pasangan.

Satu tes kecil akhir: Dapatkah kamu melihat dirimu duduk disamping orang ini dan menonton TV dengan damai untuk 50 tahun ke depan? Jika pikiran ini memberikan reaksi yang kuat (yaitu, baik menggejolak perutmu atau memberimu rasa hangat yang berkilauan), kamu mungkin sudah memiliki jawabannya.


Postingan yang disarankan

Lunch Actually Annual Regional Survey 2022
Lunch Actually Annual Regional Survey 2022
Lebih dari 2300 Single di Asia Membagikan Pendapat Jujur Mereka tentang Aplikasi Kencan, Preferensi Kencan, dan Bagaimana Perlambatan Ekonomi Mempengaruhi Kehidupan Kencan Mereka. 64% single di Indonesia menghabiskan bujet yang...

Baca lebih lanjut

Annual Dating Survey 2021:98% Single di Indonesia Menginginkan Hubungan Jangka Panjang, Tapi 50% Single Tidak Pergi Kencan Tahun ini
Annual Dating Survey 2021:98% Single di Indonesia Menginginkan Hubungan Jangka Panjang, Tapi 50% Single Tidak Pergi Kencan Tahun ini
Dari 640 single di Indonesia, 98% dari mereka ingin memiliki hubungan yang serius (naik dari 73% tahun lalu), dan 83% ingin menikah. Namun, 24% single mengakui pandemi dan masalah keamanan...

Baca lebih lanjut

Tantangan di Dunia Kencan Sekarang
Tantangan di Dunia Kencan Sekarang
Untuk para lajang yang tinggal di kota-kota seperti Jakarta berkencan itu dapat menjadi mimpi buruk. Menemukan pasangan yang tepat di sebuah kota yang berpenduduk lebih dari satu juta orang dapat...

Baca lebih lanjut

Buat Profil Lunch Actually dan Mulai Berkencan

100% Profil Asli
100% Rahasia Terjamin

Buat Profil Lunch Actually dan Mulai Berkencan

100% Profil Asli
100% Rahasia Terjamin

    WanitaPria

    Dengan mengisi dan mendaftarkan formulir ini, Anda telah setuju dengan Kebijakan Agensi Lunch Actually.

    Situs ini dilindungi oleh reCAPTCHA dan Kebijakan Privasi Google dan Ketentuan Layanan yang berlaku.